Mengapa Sampai Terjadi Banyak Sekali Kekerasan Terhadap Kelompok Minoritas

Mengapa Sampai Terjadi Banyak Sekali Kekerasan Terhadap Kelompok Minoritas – Dibandingkan sepuluh tahun lalu, media hanya memberikan sedikit ruang untuk pernyataan narasumber yang bermasalah. Sayangnya,

Hadi

Mengapa Sampai Terjadi Banyak Sekali Kekerasan Terhadap Kelompok Minoritas – Dibandingkan sepuluh tahun lalu, media hanya memberikan sedikit ruang untuk pernyataan narasumber yang bermasalah. Sayangnya, beberapa media melanjutkan praktik lama yang melabeli Ahmadiyah sebagai “aliran sesat”.

“Indonesia adalah negara yang membela toleransi dan kebebasan beragama.” Ungkapan-ungkapan seperti itu selalu menjadi jargon para pejabat Negara, sejak Orde Baru hingga saat ini. Sayangnya, kenyataan tidak pernah semanis yang mereka katakan.

Mengapa Sampai Terjadi Banyak Sekali Kekerasan Terhadap Kelompok Minoritas

Data Setara Institute menunjukkan, terdapat lebih dari 2.400 kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan dari tahun 2007 hingga 2018. Dari semua kasus tersebut, kelompok Ahmadiyah yang paling banyak menjadi korban, dengan total 554 kasus (Setara Institute, 2019). .

Realita Polemik Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan Penyandang Disabilitas Di Indonesia

Ada beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya pelanggaran terhadap hak-hak kelompok Ahmadiyah dalam menjalankan keyakinan dan aktivitas keagamaannya. Mulai dari penguatan politik identitas hingga pengabaian Negara untuk melindungi kebebasan beragama. Faktor-faktor ini tidak muncul begitu saja dan berlipat ganda secara organik. Di sisi lain, media berperan dalam meningkatkan kebencian terhadap kelompok Ahmadiyah.

Meneliti peran media dalam pemberitaan kelompok agama yang terpinggirkan menjadi penting, mengingat media dapat mempengaruhi bagaimana pembaca memahami suatu isu atau wacana (Schiller, 2014). Dengan melekatkan stereotip pada kelompok minoritas, media juga memiliki kemampuan untuk mengubah cara pandang seseorang dan mendorong mereka untuk mempraktikkan kebencian dan kekerasan (Castaneda, 2018). Adanya stereotipe ini, menurut Castaneda, dapat menyebabkan hak-hak kelompok minoritas terancam di tengah masyarakat atau meyakini bahwa kelompok tersebut harus dikuasai, dikuasai bahkan disingkirkan.

Mengingat pentingnya peran media dalam isu kebebasan beragama dan dinamika industri pers selama setidaknya sepuluh tahun terakhir, kami melakukan penelitian untuk mengkaji perubahan cara media memberitakan kelompok Ahmadiyah.

) dengan tiga periode yang berbeda. Kami memilih periode 6-9 Februari 2011 saat ramai pemberitaan penyerangan Ahmadiyah di Cikeusik, 19-22 Mei 2018 saat isu perusakan rumah Ahmadiyah di Lombok marak, dan 3-6 September. 2021 saat penyerangan masjid Ahmadiyah di Sintang ramai.

Lampu Kuning Kekerasan Perempuan Dan Anak

Kami membatasi setiap periode hingga tiga hari pertama setelah serangan. Penting untuk dipahami bahwa tiga hari pertama pemberitaan umumnya merupakan liputan awal peristiwa, sehingga banyak media yang belum melakukan liputan mendalam. Kajian ini juga tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja media dalam memproduksi berita penyerangan terhadap Ahmadiyah karena terbatasnya periode waktu yang dianalisis.

Meski ada keterbatasan, hasil penelitian ini bisa melukiskan potret tanggapan awal media dan jurnalis dalam membingkai penyerangan terhadap kelompok Ahmadiyah. Kami percaya bahwa tanggapan awal penting untuk menunjukkan sudut pandang redaktur media dan jurnalis dalam menilai suatu peristiwa. Persiapan dan pelatihan untuk menghindari bias dalam laporan yang sensitif akan menentukan hasil liputan.

Kami menggunakan tiga kerangka waktu yang berbeda untuk mengetahui perubahan apa yang dilakukan media dalam memberitakan kelompok Ahmadiyah. Ketika melihat kasus pelanggaran, kami memasukkan perubahan posisi narasumber, penggunaan label negatif kelompok Ahmadiyah, dan terakhir kami memberi ruang bagi narasumber pro-Ahmadiyah. Kami memilih ketiga variabel ini agar cukup mewakili sejauh mana praktik pelaporan telah mewakili kelompok Ahmadiyah.

Analisis terhadap 182 berita yang diproduksi selama 3 periode tersebut memberikan beberapa kabar baik, yaitu bahwa media telah memberikan lebih banyak ruang bagi sumber-sumber yang membela dan mendukung hak-hak kelompok Ahmadiyah untuk menjalankan aktivitas keagamaannya.

Top 10 Berikan Contoh, Mengapa Sampai Terjadi Banyak Sekali Kekerasan Terhadap Kelompok Minoritas? 2022

Posisi narasumber yang ditampilkan pada tabel di bawah ini merupakan hasil analisis pernyataan narasumber yang dikutip oleh media. Dalam kasus penyerangan terhadap kelompok Ahmadiyah, kami telah mengidentifikasi posisi narasumber berdasarkan bagaimana narasumber menilai atau memposisikan dirinya.

Misalnya, seorang sumber diidentifikasi sebagai penentang Ahmadiyah jika membuat pernyataan yang mencap Ahmadiyah sebagai aliran sesat, menyerukan pembubaran kelompok, atau menuduhnya menghasut penyerangan terhadap Ahmadiyah. Sementara itu, mereka mengidentifikasi pelapor sebagai “tidak memihak” jika pernyataannya umumnya hanya menjelaskan kronologis kejadian, mengamanatkan agar kasus diselesaikan berdasarkan hukum yang berlaku, dan menyarankan agar kasus diselesaikan sebelum proses wawancara.

Berdasarkan hasil analisis pernyataan yang disebutkan wartawan, enam media pada 2021 memberi ruang bagi 31 pernyataan narasumber pembela kelompok Ahmadiyah. Jumlah ini meningkat dari 21 pernyataan narasumber pembela kelompok Ahmadiyah pada tahun 2011. Pada tahun 2018, jumlah pernyataan narasumber pembela kelompok Ahmadiyah hanya 19 Ahmadiyah, namun jumlah tersebut sangat tinggi mengingat hanya 21 laporan yang dibuat.

Kecenderungan media untuk mengutip atau memparafrasakan pernyataan dari sumber yang melegitimasi kekerasan terhadap Ahmadiyah juga mulai menurun. Pada tahun 2011, media masih sering memberi ruang bagi para whistleblower yang mengasosiasikan Ahmadiyah sebagai aliran sesat, membenarkan penyerangan, bahkan menyalahkan Jemaat Ahmadiyah sebagai pemicu penyerangan.

Materi Sosiologi Tentang Konflik, Kekerasan Dan Perdamaian

Sedangkan berita tahun 2021 tidak lagi mengandung pernyataan yang melegitimasi atau membenarkan kekerasan terhadap kelompok Ahmadiyah. Hal ini menunjukkan bagaimana jurnalis lebih mampu mengorganisir kasus penyerangan dalam waktu singkat dan tanpa memberi ruang pada pernyataan narasumber yang bermasalah.

Dalam memilih bingkai, wartawan tidak bisa lepas dari pengetahuan dan pemahaman tentang suatu topik atau wacana. Menurut Tuchman (1978), sebuah bingkai berita memiliki ciri ganda, yaitu merepresentasikan struktur kognitif individu atau konteks sosial.

Mengacu pada teori Tuchman, keputusan wartawan untuk tidak mengutip pernyataan sumber bermasalah setidaknya menunjukkan bahwa kerangka mereka dalam memproduksi berita tidak memihak. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memperkuat argumen ini.

Setelah mengidentifikasi posisi narasumber yang dikutip oleh media, kami juga menyelidiki apakah media tersebut memberi label tertentu pada kelompok Ahmadiyah. Dalam menganalisis lampiran tag ini, kami menggunakan teori

Bpip :: Bpip: Kebangkitan Nasional Merupakan Mukjizat Politik Indonesia Yang Patut Disyukuri

Kelompok sosial tertentu menentang tindakan atau individu yang pada dasarnya tidak menyimpang sampai kelompok tersebut mendefinisikan mereka sebagai menyimpang (Schulman, 2005).

Dalam pemberitaan tahun 2021, media telah sembilan kali mencap Ahmadiyah sebagai aliran sesat. Jumlah ini sedikit lebih banyak dari 8 kali di tahun 2011 dan 1 kali di tahun 2018.

Berikan 3 kali setiap label. Berita yang mengkaitkan Ahmadiyah dengan aliran sesat antara lain ini, ini, dan ini. Sedangkan pada tahun 2011, media melabeli aliran sesat sebanyak 6 kali, 4 di antaranya melakukannya.

Dalam beberapa hal, media telah melakukan perbaikan dalam pemberitaannya tentang Ahmadiyah. Namun, ruang yang diberikan kepada kelompok Ahmadiyah untuk menyuarakan hak-haknya semakin mengecil. Di tahun 2011, media masih banyak memberi ruang kepada pengurus dan jamaah Ahmadiyah.

Narasi Pembela Ham Berbasis Korban

Jemaat Ahmadiyah digunakan sebagai narasumber sebanyak 15 kali pada tahun 2011, namun hanya 4 kali pada tahun 2021. Pengurangan ruang gerak Jemaat Ahmadiyah ini sangat disayangkan mengingat mereka sudah hadir di beberapa platform digital sehingga lebih mudah diakses. sumber pro-Ahmadiyah.

Seiring dengan penyempitan ruang Ahmadiyah, media cenderung mengutip informasi dari otoritas seperti kepolisian dan pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Kompas banyak mengutip pernyataan pemerintah pusat dan kepolisian

Memberikan ruang lebih kepada pemerintah daerah. Namun perlu dicatat bahwa Kompas sering menyebut polisi sebagai pelengkap atau konteks sebuah berita.

Memberikan liputan yang paling tepat dibandingkan kelima media lainnya. Media online grup Emtek ini tidak memberi ruang bagi narasumber yang menyalahkan Ahmadiyah atas penyerangan di Cikeusik. Tahun 2011, 2018 dan 2021, diproduksi oleh berita Ahmadiyah

Identifikasilah Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan?2. Identifikasilah Karakteristik

Bersama untuk melakukan perbaikan dalam dakwah Ahmadiyah. Pada tahun 2018 dan 2021, kedua media online ini tidak akan menampilkan pernyataan dari sumber yang mendelegitimasi hak Ahmadiyah atau mengasosiasikan kelompok tersebut sebagai aliran sesat atau sesat. Dalam hal pelabelan, tidak ada media yang mengulang kesalahan yang dilakukan pada 2011.

Memproduksi enam berita yang tidak lain berisi pernyataan dan opini dari sumber-sumber yang melegitimasi persekusi Jemaat Ahmadiyah. Keenam laporan tersebut tidak menyebutkan informasi dari pihak Ahmadiyah maupun pihak kepolisian.

Republik membuat perubahan pada tahun 2021 dengan memperkenalkan pernyataan dari kedua pihak yang berseberangan. Dalam konteks laporan 2021, Republika mengutip pernyataan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengkaitkan Ahmadiyah sebagai aliran sesat dengan pendapat juru bicara Jamaah Muslim Ahmadiyah Indonesia (JAI), Yendra Budiana.

Tidak menyelesaikan masalah dan terjebak dalam Bothsideism alias keseimbangan yang salah. Menghadirkan Ahmadiyah dalam pemberitaan belum tentu berhasil

Tokoh Dorong Peran Media Tangkal Kekerasan Terhadap Perempuan

Sebagai dukungan objektif. Misalnya dalam berita yang memuat informasi dari perwakilan MUI dan JAI. Pemberitaan tersebut tidak menunjukkan keseimbangan, karena sejak awal telah terjadi ketimpangan relasi kekuasaan antara MUI yang memiliki kewenangan mengeluarkan fatwa dengan Ahmadiyah yang kerap didelegitimasi oleh kelompok mayoritas.

Wartawan tidak boleh terpaku pada narasumber yang hanya dianggap otoritatif namun kurang pemahaman mendalam atau bias terhadap kasus penyerangan Ahmadiyah. Jurnalis harus mencari data yang akurat dan dapat diverifikasi untuk memberikan pemahaman yang mendalam kepada pembacanya.

Selain permasalahan yang masih terjadi dalam pemberitaan, penelitian kami menemukan langkah-langkah positif untuk perbaikan yang dilakukan oleh media secara umum. Salah satu tandanya adalah semakin sedikit ruang bagi narasumber untuk melegitimasi kekerasan terhadap kelompok Ahmadiyah.

Bagi kami, temuan penelitian ini menunjukkan dua poin penting. Dari sisi redaksi internal, media telah melakukan perbaikan dalam pemberitaan kelompok marjinal, sehingga kita harus memperhatikan langkah-langkah yang telah diambil. Sementara di pihak Ahmadiyah, upaya membuka dan menjalin komunikasi membuahkan hasil. Dengan ruang diskusi yang lebih terbuka, juga terbuka peluang untuk saling pengertian. Kami pikir ini adalah kabar baik bagi kelompok terpinggirkan lainnya.

Kekerasan Bersenjata Yang Terus Terjadi Di Papua

David Schulman, David. 2005. Teori pelabelan. Dalam George Ritzer (ed), Ensiklopedia Teori Sosial. Publikasi SAGE, Inc. http://dx.doi.org/10.4135/9781412952552

Mari Castaneda 2018. Kekuatan Representasi (Mis): Mengapa Stereotip Ras dan Etnis Penting di Media. Dalam Hortencia Jiménez (ed.), Menantang Ketidaksetaraan: Bacaan dalam Ras, Etnis, dan Imigrasi. San Diego, CA: Cognella Tekan.

Buletin ini dikelola oleh Asosiasi. Kebijakan privasi ini berlaku untuk informasi tentang identitas pribadi Anda dalam bentuk alamat email yang Anda kirimkan secara sukarela untuk menerima buletin kami.

Anda dapat menghentikan layanan buletin kami dengan mengeklik “Berhenti

Latihan Soal & Pembahasan Pts Kelas 7 Smp Semester Ganjil 2022

Hadi

Seorang penulis artikel blog yang berbakat dengan kecintaan yang mendalam terhadap dunia tulis-menulis. Dilahirkan dan dibesarkan di kota kecil di Indonesia, Hadi menemukan hasratnya dalam menulis sejak usia muda.

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar