Salah Satu Pelukis Indonesia Yang Ekspresionisme

Salah Satu Pelukis Indonesia Yang Ekspresionisme – Pelukis, sastrawan, kritikus sastra Sunda, dosen seni rupa Institut Teknologi Bandung. Lahir pada tanggal 17 Desember 1927 di

Hadi

Salah Satu Pelukis Indonesia Yang Ekspresionisme – Pelukis, sastrawan, kritikus sastra Sunda, dosen seni rupa Institut Teknologi Bandung. Lahir pada tanggal 17 Desember 1927 di Garuta dan meninggal pada tanggal 29 Januari 2000 pada usia 72 tahun. Tumbuh di bawah asuhan Hendra Gunawan dan Barley Samithavinath, minatnya dalam menggambar berkembang melalui pengaruh guru menggambarnya, kakak laki-lakinya Angam.

Didampingi kedua gurunya, Popo kerap keluar masuk gang-gang dan desa-desa di sekitar Bandung. Selama proses melukis, Popo menjadi dekat dengan Hendra yang terbuka, mudah bergaul, dan memiliki selera humor yang segar. Selama revolusi, Popo bergabung dengan TRIP. Dia menyelesaikan sekolah dasar di pengasingan. Menurut Wakil Presiden Moh. Hatta yang memperbolehkan PNS bekerja di pemerintahan federal kembali ke Bandung. Dia berencana untuk belajar seni sebagai bagian dari pendidikan formalnya, jurusan seni rupa. Lulus tahun 1958. Sambil menulis tesis pascasarjana, ia ditugaskan menulis esai dan kritik yang dimuat di majalah Siyasat (Jakarta) dan Budaya (Yogjakarta).

Salah Satu Pelukis Indonesia Yang Ekspresionisme

Awalnya, lukisan Popo dipengaruhi oleh gurunya Rees Mulder, seorang Belanda yang mengajar di Jurusan Seni Rupa dan condong ke arah Kubisme dan sekolah abstrak. Namun pengaruh realisme Hendra Gunavan tetap kuat. Di acara selanjutnya, Popo menemukan gayanya sendiri. Semangatnya untuk melukis kucing membuatnya mendapat julukan “The Cat Painter”. Salah satu alasan Popo Iskandar suka melukis kucing adalah seperti yang pernah dia katakan dalam hidupnya: “Kucing memiliki temperamen yang berbeda-beda, manja, liar dan liar, tapi rendah hati. Makanya saya suka,” ujarnya.

Lukisan Original Karya Pelukis Maestro Terkenal: >> Lukisan Dan Biografi Jeihan Sukmantoro

Dia menggambarkan keganasan, kemalasan, kelucuan, sihir, dan kualitas lain yang dia lihat pada kucing. Dengan hanya dua atau tiga garis dan warna yang disarankan, ia mengekspresikan kualitas seekor kucing. Tapi tentu saja dia tidak melukis kucing. Dia melukis banyak hewan lain dan motif lain seperti batu, laut, kebun bambu, bunga, ayam, banteng, harimau. Karya-karyanya dapat dibagi ke dalam periode yang berbeda sesuai dengan motif yang digambarkan, seperti Periode Pot Bunga, Periode Kebun Bambu, Periode Batu, Periode Lautan, Periode Kucing, Periode Ayam, dll.

Popo sering menyelenggarakan pameran di dalam dan luar negeri. Pada tahun 1960, Popo terpilih sebagai presiden BPB Kiwari Bandung yang aktif menyelenggarakan diskusi dan pentas seni tradisional. Saat PPSS terbentuk, Popo menjadi salah satu pendiri dan pengurus pertama yang menilai calon anggota.

Pada tahun 1970, Popo terpilih sebagai anggota Akademi Jakarta, dan tugasnya antara lain mengembangkan calon Dewan Kesenian Jakarta dan membuat rekomendasi budaya kepada Gubernur DKI Jakarta. Bertepatan dengan ulang tahun ke-70 Afandi, Akademi Jakarta menugaskan Popo untuk menulis buku tentang Afandi. Hasilnya adalah Affandi: A New Path in Realism (Jakarta, 1977). Popo pernah menjadi anggota tim penyusun buku Sejarah Seni Rupa Indonesia terbitan Direktorat Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta, 1982). Teksnya yang lain: Lukisan Indonesia Pra-Persagi.

Lukisan Popo Iskandar banyak dikoleksi dan dijadikan sebagai dekorasi interior pada rumah-rumah modern dan minimalis. Lukisan-lukisannya mendapat apresiasi yang tinggi dari para pemerhati seni dalam dan luar negeri.

Karya Seniman Indonesia Yang Melegenda

“Two Panthers and a Red Sunset” karya Popo Iskandar, Ukuran: 100cm X 145cm, Sedang: Cat Minyak di Atas Kanvas, Tahun: 1996 Seni rupa merupakan media ekspresi diri. Melalui seni rupa, Anda dapat mengungkapkan semua ide, perasaan, dan keinginan Anda dalam bentuk yang terlihat. Misalnya melukis.

Di Indonesia sendiri, banyak seniman hebat yang mampu menyulap karyanya menjadi lukisan yang memukau. Bahkan kharismanya berhasil menghipnotis siapapun yang melihatnya dan bersaing di pentas internasional. Sebut saja Abdullah Suriosubroto, Affandi dan lainnya.

Inilah para pelukis terkenal Indonesia yang karya-karyanya telah mendunia. Tak hanya itu, masih banyak seniman lain yang memiliki karya luar biasa.

Pada dasarnya, setiap seniman memiliki aliran dan karakteristik seni yang berbeda. Tapi di situlah hak istimewa dibuat. Daripada penasaran, siapa saja pelukis-pelukis terkenal di Indonesia dan apa saja genrenya? Periksa!

Ratusan Lukisan Berbagai Aliran Turut Dipamerkan Di Iacf

Kalau mendengar kata tersebut tentu sudah tidak asing lagi bukan? Nama artis ini sangat terkenal dan melegenda. Siapa lagi kalau bukan Affandi Koesoema.

Walaupun memiliki teknik melukis yang cenderung aneh dan tidak biasa (dalam hal ini tanpa menggunakan kuas), namun pada tahap akhir akan menghasilkan karya yang tidak biasa.

Karena itu, banyak orang mengapresiasi karya Affandi. Affendi lahir di Sirbon pada tahun 1907 dan meninggal pada tahun 1990. Affandi menghasilkan lebih dari 2.000 lukisan selama hidupnya.

Lukisan-lukisan ini telah dipamerkan di banyak negara di dunia seperti India, Inggris, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.

Menikmati Karya Seni Sang Maestro Di Museum Affandi Yogyakarta

Pelukis terkenal asal Indonesia berikutnya adalah Abdullah Suryosubroto. Artis ini adalah pahlawan nasional Dr. Wahidin Sudirohusodo, seorang tokoh dalam Pergerakan Nasional Indonesia.

Abdullah lahir pada tahun 1878 di Semarang. Ia menjadi pelukis terkenal abad ke-20. Abdullah awalnya adalah seorang dokter seperti ayahnya.

Namun, setelah menetap di Belanda, Abdullah tiba-tiba mengurungkan niatnya untuk masuk sekolah seni. Meskipun awalnya sekolah kedokteran.

Abdullah adalah seorang pelukis romantis yang menyukai pemandangan alam, yang akhirnya dituangkan menjadi sebuah lukisan yang indah dan menakjubkan.

Tujuh Tokoh Seni Rupa Indonesia: Affandi Hingga Popo Iskandar

Berkat kegigihannya, ia berhasil menjadi pelukis terkenal di Indonesia bahkan dunia. Berdasarkan karya-karya Abdullah, ia dikategorikan sebagai pelukis dengan aliran yang dikenal dengan sebutan “Mui Indi” atau bahasa Hindi yang indah.

Abdullah menghabiskan waktu di Bandung. Sebelum akhirnya meninggal pada tahun 1941, ia memutuskan untuk pergi ke Yogyakarta.

Jelai Sasmitavinata adalah master seni lukis dengan aliran realistik yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Jelai lahir pada tanggal 18 Maret 1921 di Bandung. Sejak 1935 ia mulai bergelut dengan dunia seni lukis.

Kakak laki-lakinya mengajarinya melukis di studio Jos Plouimens, seorang seniman Belgia di Bandung.

Aliran Gaya Dalam Lukisan, Apa Saja?

Ia kemudian melanjutkan studinya di studio Luigi Nobili, di mana ia bertemu dengan Affandi. Pertemuan ini merupakan angin segar bagi Barley karena dia bisa belajar banyak tentang menggambar.

Bersama Affandi, Soedarso, Wahdi Sumantra dan Hendra Gunawan, ia mendirikan band Lima Bandung. Artinya, komunitas seniman yang tugasnya mengumpulkan informasi tentang berbagai hal

Namun dibalik ketenarannya ia tetap memiliki rasa haus akan ilmu. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Prancis dan Belanda.

Sekembalinya dari Belanda, pada tahun 1958 ia mendirikan biara seni bernama Rangga Gempol Dago di Bandung. Berkat kegigihannya, Barley menerima Penghargaan Satya Lanka dari Presiden pada tahun 2000.

Affandi, Pelukis Revolusi Yang Karyanya Abadi Dirawat Oleh Zaman

Siapa yang tidak mengenal Basuki Abdullah? Artis kelahiran Surakarta ini merupakan artis terkenal dunia.

Bazuki dikenal sebagai pelukis dengan gaya naturalistik dan realistis. Karya-karyanya dibuat sealami dan seindah kenyataan. Itu sebabnya banyak yang mengagumi karya-karyanya.

Inspirasi artistiknya datang dari ayahnya, seniman Abdullah Suriyosubroto. Basuki memulai pendidikannya di HIS Katolik dan Mulo Katolik Solo, Early Center. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Belanda. Persis Akademie Voor Beeldence Kusten Den Haag.

Bazuki memiliki lukisan yang sangat menarik. Bahkan mereka sangat populer di kalangan kalangan atas seperti Bung Karno, Pangeran Bernard dari Belanda, Pangeran Philip dari Inggris, Sultan Brunei, Ibu Ratna Sari Devi.

Ungkapan Ekspresi Ibu Affandi

Bahkan, pada tahun 1960 ia diangkat menjadi pelukis istana Raja Thailand dan menjadi pelukis istana di Merdeka.

Basuki adalah artis yang mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Pada 6 September 1848, ia menerima hadiah dari Ratu Juliana dari Belanda, mengalahkan 87 pelukis lain dari seluruh dunia.

Nah, itulah beberapa penulis yang sangat terkenal dan populer di Indonesia. Hasil karya mereka telah mengharumkan nama Indonesia di mata dunia, Affandi Kesoema, pelukis Indonesia yang bercirikan ekspresionisme, ditinggalkan oleh ayahnya R. Kesoema sejak kecil. Anda lahir pada tahun 1907 dan meninggal pada tahun 1990 dan tumbuh dengan hubungan dekat dengan ibu Anda.

Dalam lukisan Self-Portrait tahun 1938, Affandi menggambarkan dirinya sebagai seorang pemuda. Sebuah bayangan muncul di belakangnya, tampak seperti ayahnya. Dia menggunakan judul potret diri untuk menggambarkan beberapa lukisan wajahnya dalam berbagai situasi, seperti mulutnya memegang cerutu atau dia dengan matahari.

Aliran Seni Rupa 2 Dimensi

Selain sang ayah, orang terdekat pria ini, sang ibunda tercinta, yang meraih gelar doktor kehormatan dari University of Singapore pada 1974, tak bisa kabur. Salah satu judul lukisan tersebut adalah Mother’s Anger buatan tahun 1960 yang menceritakan kekesalannya terhadap sang ibu yang menelantarkannya tanpa mau mendengar penjelasannya. Dalam lukisan ini, ibunya digambarkan sedang bergerak: mula-mula berdiri di depan Affandi, lalu meninggalkannya begitu saja.

Dalam kasus lain, seorang pria yang digambarkan di media cetak oleh International Herald Tribune sebagai “seniman muda ekspresionis Indonesia” menggambarkan ibunya tidak ingin tahu bahwa putranya akan meninggalkannya sendirian untuk belajar di India. Pada tahun 1949, Afandi menerima beasiswa Pemerintah India untuk belajar seni di Sekolah Seni India, Universitas Tagore, Shantiniketan. Dia tidak melupakan kesusahan dan ketidaksiapan ibunya dan kemudian menggambarkannya sebagai “kompensasi” untuk ibunya. Di tahun yang sama, lukisan Mother Inside The Room merupakan salah satu karya terbaiknya.

Selain itu, Afandi tak segan-segan menyertakan istri dan anaknya Karthika di atas kanvas. “Pelukis dengan Putri” “menggambarkan” anaknya Kartika dalam balutan kebaya dengan bagian tubuh, kaki, dan lengan sang ayah disertakan dalam lukisan itu. Dalam lukisan ini, dibuat di India tahun 1950, Affandi

Hadi

Seorang penulis artikel blog yang berbakat dengan kecintaan yang mendalam terhadap dunia tulis-menulis. Dilahirkan dan dibesarkan di kota kecil di Indonesia, Hadi menemukan hasratnya dalam menulis sejak usia muda.

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar