Dasar Periodisasi Secara Arkeologis Adalah

Dasar Periodisasi Secara Arkeologis Adalah – Periode waktu prasejarah dapat dibedakan berdasarkan geologi (ilmu yang mempelajari batuan) dan arkeologi (sisa-sisa sejarah). Selain itu, zaman prasejarah

Hadi

Dasar Periodisasi Secara Arkeologis Adalah – Periode waktu prasejarah dapat dibedakan berdasarkan geologi (ilmu yang mempelajari batuan) dan arkeologi (sisa-sisa sejarah). Selain itu, zaman prasejarah sering juga disebut sebagai zaman prasejarah. Zaman pra-sastra disebut juga zaman nirleka, dimana ketiadaan adalah ketiadaan dan lika adalah tulisan. Pada artikel sebelumnya, Ejutum membahas tentang masa prasejarah dari segi geologi (ilmu batuan). Sekarang mari selami zaman prasejarah berdasarkan fosil!

Buku berjudul Graphic Sapiens: The Birth of Humanity karya Yuval Noah Harari merupakan adaptasi grafis dari salah satu buku sejarah terpopuler di dunia, Sapiens. Buku ini akan membahas asal usul manusia dan evolusinya sampai sekarang.

Dasar Periodisasi Secara Arkeologis Adalah

Menurut sejarawan atau ahli sejarah Denmark, C.J. Thomsen (Isai Jürgensen Thomson), zaman prasejarah di Indonesia terbagi menjadi 3 zaman, yaitu Zaman Batu, Zaman Perunggu, dan Zaman Besi. Konsep tersebut dinamakan “sistem tiga zaman”, yang menekankan pendekatan teknologi dan didasarkan pada penemuan alat peninggalan prasejarah. Sejarawan Indonesia R. Sokmono mengadopsi teori ini dan membagi zaman prasejarah Indonesia menjadi 2 periode, yaitu Zaman Batu dan Zaman Logam.

Pdf) Tinggalan Arkeologi Di Pura Puseh Kiadan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung: Kajian Bentuk Dan Fungsi

Zaman Batu Tua berlangsung antara 50.000 dan 10.000 SM. Zaman prasejarah ini disebut Zaman Batu Tua karena masyarakat pada masa itu menggunakan alat-alat batu yang masih primitif dan dibuat sederhana. Pada zaman prasejarah ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-pindah dalam kelompok kecil (10-15 orang) untuk mencari makan.

Pada zaman prasejarah ini, masyarakat hanya mengenal berburu (binatang) dan mengumpulkan makanan (buah-buahan dan umbi-umbian), belum mulai memasak atau bercocok tanam. Mereka melindungi diri dari alam dan hewan liar dengan tinggal di gua. Saat itu, orang dahulu mengenal api.

Di Indonesia sendiri khususnya di Jember, berdasarkan anggapan bahwa zaman paleolitik dibagi menjadi tiga periode yaitu awal, tengah dan akhir. Dimana banyak tinggalan yang menjadi bukti akan hal tersebut, seperti yang bisa anda baca di Babad Bumi Sadeng Historiografi Zaman Paleolitikum Jambar karya Janullah Ahmad.

Ditemukan oleh von Koeningswald pada tahun 1935, perkakas yang ditemukan antara lain kapak tangan dan perkakas serpih. Selain Pacitan, alat juga ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat) dan Lahat (Sumatera). ). – chopper: alat potong/pencacah mirip kapak, tapi tanpa gagang, dipercaya sebagai hasil kebudayaan manusia tipe Meganthropus.

Tantangan Dan Peluang Pengelolaan Cagar Budaya Dari Perspektif Arkeologi

– Kapak gesek (juga terdapat di Gombong, Sukabumi, Lahat): untuk memotong kayu, mengukir tulang dan sebagai senjata, dianggap sebagai hasil budaya pithecantropic manusia.

Alat budaya Ngandong telah ditemukan di daerah Ngandong, Ngawi, Jawa Timur. Alat yang ditemukan berupa tulang rusa dan alat tanduk, kemungkinan digunakan sebagai alat tikam, keris atau tombak. – Alat yang terbuat dari tulang binatang: alat tusuk/belati, tombak bergerigi, mengikis ubi dan talas dari tanah, memancing.

– Serpih: alat kecil dari batu kalsedon, untuk mengupas makanan, berburu, memancing, memetik ubi dan buah.

Ini adalah perubahan dari era Paleolitik dan Neolitik. Orang pendukungnya adalah orang Papua-Melanozoid. Orang-orang mulai menjalani gaya hidup setengah duduk di gua-gua yang disebut abris sus roche. Dalam bentuk pra-Mesolitik, pria berburu dan wanita tinggal di gua untuk merawat anak dan memasak. Temuan budaya yang ditemukan pada Zaman Mesolitik, yaitu:

Rpp Ips 7 Bab 4 1

Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, kjokken berarti “dapur” dan modding berarti “sampah”. Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur berupa tumpukan kerang. Kjokkenmoddinger terletak di sepanjang pantai timur Sumatera. Temuan budaya dari kjokkenmoddinger antara lain kerikil, kapak tangan, kapak kecil, dan pipson. Pipisan adalah batu untuk menggiling makanan dan menghaluskan warna merah yang diperoleh dari tanah merah. Warna merah ini diyakini digunakan untuk tujuan keagamaan dan santet.

Orang-orang pada zaman prasejarah ini tinggal di gua-gua di tebing pantai yang disebut Abris sus Roch. Produk budaya yang ditemukan di gua-gua ini adalah alat batu tajam dan alat tulang dan tanduk (ditemukan di gua Lava, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur, sehingga disebut Budaya Sampung Bone). Abris suus Roche juga banyak ditemukan di Besuki, Bojowanero dan Sulawesi Selatan.

Hasil budaya lain yang luar biasa adalah lukisan gua dalam bentuk segel tangan, yang diyakini sebagai bagian dari ritual keagamaan yang diyakini memiliki kekuatan magis. Lukisan-lukisan ini terletak di Gua Leang-Leang di Sulawesi Selatan. Sidik jari berwarna merah dianggap sebagai simbol kekuatan dan perlindungan dari roh jahat, sedangkan sidik jari yang tidak lengkap dianggap sebagai ekspresi kesedihan atau kesedihan.

Dalam buku Qatar Through the Eyes of Explorers and Archaeologists, Ali Ghanim al-Hajri menjelaskan bahwa Qatar memiliki warisan peradaban yang luar biasa yang mencirikan warisan material dan intelektualnya dari Zaman Batu. Jika Grammeds ingin mempelajari lebih lanjut, klik “Beli Buku” di bawah.

Karya Tulis Para Peneliti Balai Arkeologi Medan

Pada zaman prasejarah ini kehidupan manusia mulai menetap, tidak bergeming. Jenis manusia yang hidup pada zaman prasejarah ini adalah Homo sapiens dari ras Mongoloid dan Austromelanosoid. Mereka juga tahu tentang pertanian, tapi tetap berburu. Mereka juga mampu memproduksi makanannya sendiri (food production). Akibat warisan budaya pada zaman pra-Neolitik, produksinya lebih lengkap, lebih halus dan disesuaikan dengan fungsinya. Saat itu alat banyak digunakan dalam bidang pertanian dan hortikultura.

– Kapak Oval : Alat batu tajam berbentuk lonjong mirip lonjong. Diperkirakan digunakan untuk menebang pohon. Peninggalan ini dapat ditemukan di Indonesia bagian timur seperti Minhasa dan Papua.

– Kapak persegi: berbentuk persegi panjang atau trapesium, mirip dengan kapak yang digunakan untuk bekerja di sawah. Ukuran yang lebih besar sering disebut beliung atau kundall, ukuran yang lebih kecil disebut tata (pahat) dan digunakan untuk pengerjaan kayu. Itu ditemukan di bagian barat Indonesia, Sumatera, Jawa dan Bali.

– Mata panah dan tombak: terbuat dari batu yang diasah halus untuk keperluan berburu, ditemukan di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan

Periodisasi Secara Arkeologis

– Pakaian yang terbuat dari kulit kayu : Pakaian sudah dikenal pada masa ini, terbukti dengan ditemukannya gada yang digunakan sebagai bahan pakaian.

– Gerabah (gerabah): Pecahan sudah banyak ditemukan di Sumatera. Di Melolo, Sumba, ditemukan beberapa bejana berisi tulang manusia.

Budaya pra-Megalith diyakini telah berkembang dari Neolitik ke Zaman Perunggu. Orang mampu menciptakan dan menyempurnakan budaya membangun bangunan batu besar. Mereka membangun semua jenis bangunan batu untuk upacara keagamaan dan menguburkan orang mati. Homo sapiens mendominasi nenek moyang manusia di era prasejarah ini.

Menurut von Hein Geldren, budaya megalitik menyebar ke Indonesia dalam 2 gelombang. Yang pertama adalah Megalit Tua (2500-1500 SM) yang dibawa oleh pengikut kebudayaan golongan Kapak (proto-Melayu) yang menyebar ke Indonesia pada Zaman Neolitikum. Contoh bangunan megalitik adalah menhir, teras pandan, patung berdiri.

Pdf) Sistem Dan Strategi Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi (ehpa)

Namun, periode Megalit Muda (1000-10 SM) membentang hingga Zaman Perunggu yang dibawa oleh para pendukung budaya Dongsan (Melayu Deutero). Contoh bangunan megalitik adalah makam batu, lumba-lumba, warg, sarkofagus, dan patung bergerak. Hasil Budaya Megalitik:

– Menhir : Pilar atau pilar dari batu yang digunakan untuk menyembah dan memberi peringatan terhadap roh leluhur. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan, Kalimantan dan Sulawesi Tengah.

– Pundan Terasering : Bangunan yang disusun berlapis-lapis, berfungsi sebagai tempat pemujaan roh leluhur. Pandan bertingkat tiga dengan atap yang memiliki arti tersendiri. Tingkat pertama melambangkan kehidupan di dalam rahim, tingkat kedua melambangkan kehidupan di dunia, dan tingkat ketiga melambangkan kehidupan setelah kematian. Kadam Pundan Lebak terletak di Daerah Sibedug, Banten Selatan.

– Dolmen: Meja batu tempat persembahan dibuat untuk arwah leluhur. Dolmen yang merupakan tempat ibadah tersebut ditemukan di Telgamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Di bawah lumba-lumba, sering ditemukan kuburan batu tempat mayat ditempatkan.

Pdf) Situs Arkeologis Kota Rentang Dan Jejak Kemaritiman Masa Lampau

– Sarkofagus: Peti batu yang terdiri dari wadah dan tutup, dengan tonjolan di tepinya. Sarkofagus hadir dalam berbagai bentuk dan ornamen. Tulang manusia dan susunan penguburan yang ditemukan di sana berupa periuk, perapian, ornamen kuningan dan besi. Sarkofagus umum di Bali.

– Makam Batu: Peti mati yang terbuat dari 6 lempengan batu. Paling umum di daerah Sumba dan Minhasa.

– Waruga: Makam batu khas Minahasa, kebanyakan berbentuk kotak batu dengan tutup berbentuk segitiga, mengingatkan pada hunian sederhana.

– Patung batu: Patung batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk hewan yang digambarkan antara lain gajah, kerbau, harimau dan monyet. Daerah penelitian di Pasmah (Sumatera Selatan), Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur.

Rpp Pra Aksara

Zaman logam disebut juga zaman Perundaga karena muncul kelompok industrialis di masyarakat yang terampil dalam pekerjaan manual. Pada masa ini, manusia purba mulai mengenal teknologi dan pertukangan, menciptakan alat-alat yang memenuhi kebutuhan hidup. Orang-orang mulai membuat alat dari logam seperti perunggu dan besi.

Teknik pembuatan alat dari logam ada 2 yaitu menggunakan cetakan batu (musal) dan cetakan tanah liat dan lilin (seeer perdue). Zaman logam dibagi menjadi 3 periode yaitu zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi, tetapi zaman tembaga tidak terjadi di Indonesia.

Zaman Tembaga adalah awal studi manusia tentang logam. Tembaga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan peralatan. Indonesia diperkirakan tidak akan terpengaruh oleh Zaman Tembaga karena sampai saat ini belum ditemukan peninggalan sejarah Zaman Tembaga di Indonesia.

Pada zaman ini masyarakat membuat perkakas dengan bahan dasar kuningan. Peninggalan Prasejarah Zaman Perunggu di Indonesia antara lain:

Inhutani Ii Membangun Daerah: Peninggalan Arkeologis Tertua Di Nusantara

– Corong X (Kapkshoes): Alat pompa berbentuk corong dan alat upacara yang terdapat di Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.

– Nekara : Gendang atau gendang besar berbentuk gendang terbalik, digunakan untuk keperluan upacara, terutama upacara kematian, upacara hujan, dan gendang perang. Daerah penelitian berada di Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Kepulauan Roti, Selayare dan Kepulauan Kei. Nekara “Pijeng Bulan”

Hadi

Seorang penulis artikel blog yang berbakat dengan kecintaan yang mendalam terhadap dunia tulis-menulis. Dilahirkan dan dibesarkan di kota kecil di Indonesia, Hadi menemukan hasratnya dalam menulis sejak usia muda.

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar